Kamis, 14 Juli 2016

Mudahnya 'Menulis Cahaya' dengan Kamera Ponsel...


Memotret pada hakikatnya adalah menulis dengan cahaya. Itulah yang diyakini dan dilaksanakan oleh fotografer Andre Kertesz (1894-1985). Ia bercerita, merekam realitas atau pengetahuan lewat foto-foto yang dihasilkan. Melalui foto dengan lugas dan jelas ia mendokumentasikan keseharian, peristiwa di Eropa sejak sebelum dan pasca Perang Dunia II. 

Memandang foto adalah memandang sesuatu dari seorang fotografer. Maka di sinilah subyektivitas dari sang fotografer untuk mendokumentasi suatu obyek sangat menentukan. Meski demikian ketika foto telah jadi, maka tafsir terhadap dokumentasi realitas menjadi bebas. Pasca menghasilkan gambar atau foto, tugas fotografer telah selesai bahkan mati. Tafsir penikmat dan pengamat fotolah yang akhirnya menghidupkan kembali foto tersebut. 

Begitulah sekilas pandangan filosofis yang pernah diulas oleh Seno Gumira Ajidarma dalam bukunya Kisah Mata, 2002, Galangpress, Yogyakarta. Dalam buku yang tak lain adalah tesis akademis sang penulis, fotografi adalah tema filsafat yang sangat dalam untuk dibahas. Fotografi adalah bagian dari pembicaraan tentang subyektivitas, obyektivitas tentang ada. Sebuah foto bukanlah sebuah kebetulan, ia adalah narasi yang bercerita meskipun dalam diam. 

Berbeda di masa lampau, kini foto dan memotret bisa didapatkan dan dilaksanakan dengan mudah dan murah. Memotretpun tidak lagi eksklusif, artinya siapapun, di manapun dan kapanpun bisa memotret sesuatu. Hal ini terjadi karena kamera dengan mudah bahkan dengan murah bisa didapatkan oleh siapapun. Tak perlu ribut menggunakan film negatif, hanya dengan mempunyai ponsel pintar, maka siapapun bisa langsung 'cekrak cekrek'. 

Melaui piranti ponsel pintar yang berkamera canggih sebagaimana diproduksi ASUS, setiap orang bisa mendapatkan hasil kamera dengan resolusi tinggi melebihi kamera 'murni'. Kualitas gambarpun tak kalah bagus, jernih dan tajam dengan kualitas gambar. Sebut saja, dengan kamera ponsel , remaja, tante, om, bapak, ibu, hingga oma opa bisa berselfi ria. Merekapun dengan mudah berkomunikasi tatap muka dengan video call lewat fasilitas gambar jernih dan suara yang jelas dengan lawan bicara. 

Teknologi Canggih, Produk Berkualitas


Asalkan punya ponsel pintar bisa dibilang semua orang bisa jadi fotografer. Mereka bisa mendokumentasi foto, video tentang suatu obyek, peristiwa dan berbagai hal lainnya. Swafoto atau selfi telah menjadi bentuk eksistensi diri bagi seorang individu dengan individu lainnya. Melalui foto kamera ponsel, kita bisa bercerita di mana kita, dengan siapa dan sedang apa. 

Dengan kemudahan mendapatkan gambar atau foto inilah maka foto bisa jadi telah menjadi barang yang biasa. Dengan ke-biasa-an inilah, maka nilai atau makna suatu gambar bisa jadi akan menjadi rendah. Foto bisa jadi hanya menjadi hasil budaya populer yang hanya dipandang sekilas kemudian dilupakan. Semua orang bisa selfi, maka yang hal itu sudah tak menarik lagi, kecuali mereka berselfi dengan orang, tempat dan waktu yang ekstrem. Tapi hati-hati, sudah banyak korban karena selfi tak terkendali. 

Realitas berbicara kalau keberadaan kamera ponsel  memang sangat membawa dampak banyak sekali. Kamera ponsel bisa jadi hanya sekadar hiburan dan sarana eksistensi diri saja. Namun bagi sebagian orang, kamera ponsel adalah penunjang, penolong dan bagian hidup yang tak terpisahkan dari pekerjaan. 

Kamera ponsel telah menjadi kawan dari orang beragam profesi. Mulai dari pelajar, karyawan, aparat keamanan, pekerja teknik, sekretaris, wartawan sudah banyak yang merasakan manfaat kamera ponsel. Dengan kamera ponsel ASUS Zenfone atau Zenfone 2 Laser ZE550KL, seorang bisa mendokumentasikan suatu gambar, peristiwa dan sebagainya dan dengan mudah dan murah berbagi dan mengirimkannya kepada orang lain. Dengan foto kamera ponsel orang bisa dengan jelas bercerita tentang sesuatu. Apalagi dengan memory penyimpanan yang bisa diatur, orang bisa menyimpan dan mengirim sebanyak-banyaknya foto.

Sebagai salah satu dari awak media regional di Jawa Tengah, saya sangat turut terbantu dengan adanya kamera ponsel pintar ini. Di saat kamera digital yang saya pegang sedang rusak, kamera ponsel menjadi substitusi pengambilan gambar. Hasilnya tak mengecewakan dan layak dimuat di media cetak maupun online. Apalagi dengan kamera ponsel yang beresolusi tinggi ini tentulah sangat pas dan bisa melebihi standar minimal kualitas foto yang dibutuhkan untuk penerbitan, penayangan di media cetak, online hingga elektronik. 

Selain sebagai substitusi, kamera ponsel juga menjadi sarana untuk memotret hingga merekam obyek tanpa harus kentara terlihat oleh umum, termasuk kepentingan investigasi. Selain itu sejumlah kawan jurnalis termasuk jurnalis elektronik sering menggunakan kamera ponsel atau ponsel berkamera untuk mendokumentasi, mengedit, hingga sekaligus mengirimkan ke redaksi. 

Makanya dengan teknologi fotografi termasuk kamera ponsel yang semakin canggih, maka sudah selayaknya kita terus mendongkrak kemampuan teknis, seni dan pengetahuan tentang fotografi. Apalah artinya teknologi canggih, sementara kemampuan dan pengetahuan kita masih di bawah dengkul. Untuk itulah selayaknya dengan teknologi kamera ponsel yang semakin canggih maka kita bisa menghasilkan karya yang lebih berkualitas dan berkelas. 

Peningkatan pengetahuan, wawasan dan informasi membuat kepekaan kita terhadap lingkungan di sekitar kita harusnya membuat kita semakin terasah. Dengan ilmu pengetahuan yang ada di pikiran kita, maka teknologi beserta produknya akan semakin bermakna. Begitupun dengan fotografi atau videografi, meskipun dihasilkan dari kamera ponsel. Kamera ponsel bisa menjadi solusi dan jawaban atas problematika kehidupan. Di tangan orang yang tepat, pandai dan berpengetahuan, kamera ponsel bisa menjadi sarana 'untuk menulis dengan cahaya' mozaik-mozaik kehidupan menjadi lebih bermakna....


Ayo terus menulis tak terkecuali 
di 'Giveaway Aku dan Kamera Ponsel 
http://www.uniekkaswarganti.com/

Purwokerto, 13 Juli 2016

1 komentar: